Petualangan Sinbad

Selasa, 10 Juni 2014

Petualangan Sinbad


Dahulu, di daerah Baghdad, Timur Tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang
kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga
hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah
saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan. Sambil
istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku
sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul
beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan."
Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh
Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia
pun mulai bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat
sedih karena kau berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga
buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan
menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku
menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah
lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan
kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan
ikan. Tiba-tiba, permukaan tanah
bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut
berjatuhan ke
laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat
melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di
atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak
bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip
seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia
mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha
menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di
laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon
kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba
aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu,
tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan sayap
yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad
menyelinap di kaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan
kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia
tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati
pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat
yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan
bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun,
melihat di sekelilingnya banyak berlian.
Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di
gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil
berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh
burung naga dengan berlian yang sudah menempel di daging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia
segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa lama
burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu
terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang!
Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung
naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan
cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang
untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil
berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual
berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang
banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad
dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual
kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang
pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini
adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu".
"Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin
gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon
yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah.
Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan
belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan
dibunuh atau dibanting ke tanah. Ternyata, gajah itu
membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah
gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan
membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan
gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah.
Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya,
berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia
pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat
tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan
Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa
menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai
kapanpun, apalagi jika kita masih muda," lanjut sang saudagar.

Balas budi burung bangau

Balas budi burung bangau


Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya
mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil
penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap
harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang
dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas
salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung
bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta.
Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu
sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku
beberapa kali sebelum
terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku
segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara
ketukan pintu di luar rumah.
Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik
sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan
salju. "Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan
hangatkan badanmu dekat tungku," ujar Yosaku. "Nona
mau pergi kemana sebenarnya ?", Tanya Yosaku. "Aku
bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju
turun dengan lebat, aku jadi tersesat." "Bolehkah aku
menginap disini malam ini ?". "Boleh
saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.", kata Yosaku. "Tidak
apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap". Kemudian gadis itu merapikan
kamarnya dan memasak makanan yang enak.
Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir
bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan
lebatnya. "Tinggallah disini sampai salju reda." Setelah lima hari berlalu salju mereda.
Gadis itu berkata kepada Yosaku, "Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal
terus di rumah ini." Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. "Mulai hari ini
panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan
pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku,
membelikannya
benang karena ia ingin menenun.
Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar
jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat
Otsuru menenun. Setelah tiga hari berturut-turut
menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain
tenunannya sudah selesai. "Ini tenunan ayanishiki. Kalau
dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal.
Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang
dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang
untuk dibawa pulang. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih
istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih
banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat
setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus.
Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi.
Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak
ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya.
"Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun,
Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat
terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun,
ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk
ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir
gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya
sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah
wujud kembali menjadi Otsuru. "Akhirnya kau melihatnya
juga", ujar Otsuru.
"Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong", untuk membalas
budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini," ujar
Otsuru. "Berarti sudah saatnya aku berpisah
denganmu", lanjut Otsuru. "Maafkan aku, ku
mohon jangan pergi," kata Yosaku. Otsuru
akhirnya berubah kembali menjadi seekor
bangau. Kemudian ia segera mengepakkan
sayapnya terabng keluar dari rumah ke
angkasa.
Tinggallah Yosaku sendiri
yang menyesali perbuatannya.

Dongeng "Kelinci yang Baik Hati dan Jerapah yang Sombong"

Senin, 09 Juni 2014

Dongeng "Kelinci yang Baik Hati dan Jerapah yang Sombong"




Assalamu'alaikum,, ini dongengku tentang hewan,, semoga suka dengan dongeng yang aku buat ini.. Happy Reading!! ^_^

Tema : Nilai Kehidupan




Kelinci yang Baik Hati dan Jerapah yang Sombong

Di sebuah hutan bernama “Hutan Ceria” tinggallah para hewan dengan berbagai jenis,  mulai dari singa, kura-kura, gajah, kancil, jerapah, hingga kelinci. Suatu hari, Putri dari Raja Hutan (Singa) sedang sakit tetapi raja hutan tidak bisa memberikannya obat, dan hanya anggur kuning yang bisa menyembuhkannya. Tetapi dengan ketinggian bukit yang sangat curam, raja tidak bisa mengambilnya. Dan Sang Raja hutan (Singa) itu mengadakan sayembara bagi binatang lainnya. Sayembaranya adalah “Bagi hewan yang dapat mengambil buah anggur kuning yang bisa menyembuhkan putrinya yang sedang sakit, dan dapat mengambilnya dengan tepat waktu di atas bukit di hutan tersebut. Dan yang berhasil mendapatkan buah tersebut, Raja Hutan (Singa) akan memberikan mahkota pangeran (pendamping Raja Hutan) dan dua karung emas.”.
Mendengar sayembara itu, para hewan sangat tertarik dengan sayembara yang diberikan Raja Hutan (Singa). Tetapi dengan ketinggian bukit itu yang sangat curam, jarang ada hewan yang bisa melewatinya. Sayembara itu membuat hutan menjadi ramai dengan para hewan yang membicarakannya.
“Teman-teman, Apakah kalian akan mengikuti sayembara itu?”, tanya seekor Jerapah.
“Iya, aku pasti akan mengikuti sayembara itu, karena aku ingin menjadi pangeran hutan.”, jawab seekor gajah.
“Iya, aku ingin menjadi pangeran di hutan ini.” Kata seekor kura-kura.
“Iya, aku juga ingin mendapat sekarung emas.” Kata kancil.
“Iya, aku juga akan mengikuti sayembara itu, kamu sendiri bagaimana Jerapah?” tanya kelinci pada Jerapah.
“Iya itu sudah pasti, aku kan hewan yang paling kuat di hutan ini, dan
aku sudah pasti yang akan menjadi pangeran hutan ini.” menjawab dengan sombongnya.
“Hei, kamu jangan sombong dulu Jerapah, kita kan belum bertanding.” Kata Gajah.
“Belum bertanding saja aku sudah tau pasti kalian tidak akan kuat mendaki bukit itu.” Ketus Jerapah.
“Jerapah, kamu tidak boleh sombong dengan kekuatanmu, dan untuk teman-teman yang lain. bertandinglah untuk menyelamatkan sang putri raja, bukan hanya untuk mendapatkan hadiah.”, jelas kelinci dengan sopan.
“Iya kelinci, aku ingin menyelamatkan putri raja dengan ikhlas.” Kata kura-kura.
“Ah Sudahlah! Aku malas berbicara dengan kalian. Aku ingin pulang saja, dan aku ingin beristirahat supaya besok aku akan memenangkan sayembara itu.” Ketus Jerapah.
Mendengarkan pernyataan ketus Jerapah, hewan-hewan lainnya pun menjadi kesal akan sikap Jerapah yang sangat sombong. Dan mereka pun juga pulang, untuk menyiapkan sayembara besok.
….
Keesokkan harinya, Raja Hutan (Singa) menyatakan untuk memulai sayembara yang diberikannya untuk warga hutan.
“Bagi para hewan yang ingin mengikuti sayembara, segera pergi ke depan istana. Karena sayembara akan segera dimulai.” Suara raja hutan “Singa” dari arah Istana.
Mendengar pernyataan itu, para hewan yang akan mengikuti sayembara segera berlari menuju istana. Dengan berbekal semangat dan kekuatan, para hewan dengan percaya dirinya mengikuti sayembara. Para binatang pun sudah berkumpul di depan istana, raja hutan “Singa” pun memberikan pengarahan kepada para binatang.
“Peraturannya adalah bahwa para binatang harus memetik anggur kuning yang berada di atas bukit dan segera membawanya turun ke dalam istana, lalu memberikannya ke putri raja hutan.” Jelas raja hutan (Singa).
“Aku pasti akan memenangkan sayembara ini, aku kan lebih kuat dan tangguh daripada kalian. Terus kamu, kura-kura! Sebaiknya kamu tidak usah mengikuti sayembara ini, kamu kan makhluk lemah, sudah pasti kamu kalah.”  Ketus  Jerapah kepada kura-kura yang berada di sampingnya saat itu.
“Kamu sombong sekali Jerapah, semua hewan berhak mengikuti sayembara ini.” kata kura-kura.
“Iya  itu benar, semua hewan berhak mengikuti ini, dan yang terpenting kami sudah melakukan pemanasan.” Kata Kelinci.
“Terserah kalian! Aku tidak peduli, kamu juga kelinci, kamu pasti akan aku kalahkan, meski aku tidak melakukan pemanasan seperti kalian, tapi aku sudah pasti menang.” Kata Jerapah dengan ketusnya.
Tiba-tiba sang Raja Hutan (Singa) mengatakan bahwa sayembara akan segera dimulai.
“Semuanya berhati-hatilah dalam mendaki bukit, dan Apakah kalian sudah siap?” . tanya Raja Hutan (Singa).
“Ya, Kami siap!” kata para hewan yang mengikuti sayembara.
“Ya, Mulai…!. Perintah Raja Hutan (Singa).
Semua hewan yang mengikuti sayembara pun berlari sekencang mungkin menuju bukit. Dan ketika setengah perjalanan menuju atas bukit banyak hewan yang sangat kelelahan dan akhirnya menyerah. Peserta yang bertahan pun menyisahkan hanya dua hewan yaitu, Jerapah dan Kelinci. Awalnya Jerapah  memimpin, tetapi ketika hampir sampai di atas bukit, tiba-tiba saja kaki Jerapah mengalami keram, ia pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya mengambil anggur kuning, akhirnya ia berhenti di tepi bukit. Kelinci yang awalnya berada di belakang Jerapah, sekarang ia sudah sampai di atas bukit dan segera memetik beberapa anggur kuning dari pohon untuk putri raja hutan. Ketika ia hendak turun untuk kembali ke istana, ia melihat Jerapah yang sedang merintih kesakitan.
“Jerapah, Kamu kenapa?” Tanya kelinci.
“Kakiku keram, mungkin karena aku belum melakukan pemanasan sebelum bertanding dan aku sangat sulit untuk berjalan sendiri.” Kata Jerapah.
“Yasudah, aku akan membantumu menuruni bukit ini, dan kita harus segera memberikan anggur kuning ini ke putri raja hutan.” Kata Kelinci dengan lembut
“Iya, tapi kenapa kamu membantuku? Aku kan sudah bersikap buruk kepada kamu dan teman-teman yang lain.” Tanya Jerapah.
“Kita harus selalu bersikap baik dengan semua orang sekalipun ia sudah berbuat jahat kepada kita. Yasudah kita harus segera turun ke istana, sini aku bantu.” Jelas kelinci.
“Yasudah, ayo segera kita turun.” Kata Jerapah
…..
Beberapa lama kemudian terlihatlah Jerapah dan kelinci yang berjalan bersama menuruni bukit. Ketika sampai di depan istana, kelinci yang membawa buah anggur kuning langsung memberikannya kepada putri di dalam istana. Dengan disaksikan oleh banyak orang, putri raja hutan pun memakan buah anggur kuning dan seketika ia pun sembuh dari sakitnya. Para hewan pun bersorak untuk Kelinci karena ia sudah berhasil menyembuhkan sang putri. Raja hutan (Singa) pun memberikan mahkota pangeran dan dua karung emas kepada Kelinci.
“Kelinci, Aku sangat berterima kasih kepadamu, kamu sudah berhasil menyembuhkan putriku dengan buah anggur kuning yang kau bawa. Sekali lagi, Terima Kasih Banyak.” Kata Raja Hutan (Singa).
“Iya Raja, aku sangat senang bisa membantumu dan putrimu. Dan terima kasih banyak atas hadiah yang kau berikan padaku.” Kata Kelinci dengan sopan.
Tiba-tiba Jerapah menghampiri Kelinci.
“Kelinci, Terima Kasih karena tadi kamu sudah menolongku, dan selamat kamu sudah menjadi Pangeran di Hutan ini. Selamat ya teman, kamu tetap menjadi temanku?” Kata Jerapah sambil tersenyum. Semua pun kaget dengan sikap Jerapah yang lembut , karena selama ini ia bersikap buruk kepada semua orang.
“Iya Jerapah, aku senang bisa membantumu dan bisa membuatmu berubah sikap menjadi baik. Iya, kamu adalah temanku untuk selamanya.” Kata Kelinci sambil tersenyum.
Hewan-hewan yang lain pun ikut terharu dan bahagia dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Jerapah pun menjadi hewan yang baik hati dan tidak sombong lagi. Sementara Kelinci menjadi pangeran hutan yang selalu baik dan membantu warga hutan dan teman-temannya. Mereka pun hidup rukun bersama di “Hutan Ceria”.
The End Thank's broo